PENGADA PONDAMEN
Atik Rodiawati, S.Pd
17709251025
PPS Pendidikan Matematika 2017
Refleksi
dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan kelima pada tanggal 19 Oktober 2017 di
ruang I.02.4.01.02 bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada perkuliahan kali ini
sama seperti perkuliahan pertemuan sebelumnya, Pak Marsigit memberikan dua
puluh lima pertanyaan filsafat kepada mahasiswa.
Pertanyaan
pertama yang diajukan dari Pak Marsigit ialah “Apakah sebab itu?”. Jawabannya
ialah pondamen. Pertanyaan kedua ialah “Apakah akibat itu?”. Jawabannya ialah
pengada. Pertanyaan ketiga ialah “Apakah sebab dari sebab?”. Jawabannya ialah
belum tentu sebab. Pertanyaan keempat ialah “Apakah sebab dari akibat?”. Jawabannya
ialah belum tentu sebab . Pertanyaan kelima
akibat dari akibat?”. Jawabannya ialah belum tentu akibat. Pertanyaan
keenam ialah “Apakah sebab akibat?”. Jawabannya ialah tesis. Pertanyaan ketujuh
ialah “Apakah akibat dari sebab?”. Jawabannya ialah belum tentu akibat . Pertanyaan
kedelapan ialah “Apakah sebab dari sebab dari sebab?”. Jawabannya ialah belum
tentu sebab. Pertanyaan kesembilan ialah “Apakah akibat dari akibat dari
akibat?”. Jawabannya ialah belum tentu akibat. Pertanyaan kesepuluh ialah
“Apakah sebab akibat-akibat sebab?”. Jawabannya ialah tesis. Pertanyaan
kesebelas ialah “Darimanakah sebab itu?”. Jawabannya ialah dari potensi.
Pertanyaan
keduabelas ialah “Darimanakah akibat itu”. Jawabannya ialah dari mengada. Pertanyaan
ketigabelas ialah “Kenapa sebab berakibat?”. Jawabannya ialah karena pikiran. Pertanyaan
keempatbelas “Kenapa sebab tak berakibat?”. Jawabannya ialah karena tidak
mengada. Pertanyaan kelimabelas “Apakah sebab dari akibat akibat?”. Jawabannya
ialah belum tentu sebab. Pertanyaan keenambelas ialah “Apakah akibat dari sebab
sebab?”. Jawabannya ialah belum tentu akibat. Pertanyaan ketujuhbelas ialah “Kemanakah
sebab itu?”. Jawabannya ialah infinit regres. Pertanyaan kedelapanbelas “Kemanakah
akibat itu?”. Jawabannya ialah infinit regres. Pertanyaan kesembilanbelas “Apakah
sebabku itu?”. Jawabannya ialah sebab subyektif. Pertanyaan keduapuluh ialah “Apakah
akibatku itu?”. Jawabannya ialah akibat subjektif. Pertanyaan keduapuluh satu
ialah “Apakah sebabmu?”. Jawabannya ialah sebab subyektif. Pertanyaan
keduapuluh dua ialah “Apakah akibatmu?”. Jawabannya ialah sebab subyektif. Pertanyaan
keduapuluh tiga ialah “Ini sebab apa?”. Jawabannya ialah sebab terpilih. Pertanyaan
keduapuluh empat ialah “Dimana sebab yang lain?”. Jawabannya ialah di epoche. Pertanyaan
terakhir ialah “Apakah sebab absolut?”. Jawabannya ialah sebab prima.
Pada
perkuliahan kali ini, kami dikenalkan dengan istilah epoche. Epoche digunakan
oleh mahluk di dunia ini baik secara sadar atau tidak sadar. Epoche ini adalah
tempat penyimpanan hal-hal yang tidak diperlukan atau tidak masuk kedalam fokus
penginderaan saat sesuatu yang menjadi fokus itu berlangsung. Oleh karena
manusia memiliki epoche, maka Allah mampukan manusia untuk bisa berkonsentrasi
terhadap sesuatu dan mampu memilih apapun yang ada di dalam jangkauannya. Beginilah
kuasa Allah yang dijadikan anugerahNya untuk mahlukNya. Epoche adalah komponen
metode fenomenologi. Inti dari fenomenologi ada dua yaitu abstraksi dan
idealisasi. Abstraksi inilah yang memungkinkan manusia mampu untuk memilih. Idealisasi
ialah penyesuaian terhadap sesuatu yang diinginkan.
Perkuliahan
dlanjutkan dengan Pak Marsigit meminta mahasiswa untuk menuliskan pertanyaan. Pertanyaan
pertama diajukan oleh Yolphin Durahim, “Sampai dimanakah batas kemampuan
manusia?”. Batas kemampuan manusia dapat dilihat melalui hermeneutika.
Hermeneutika ini ialah berinteraksi dengan sesama manusia dan alam sekitar.
Hermeneutika memungkinkan manusia untuk menafsirkan dan menginterpretasi segala
sesuatu yang ada di manusia.
Pertanyaan
kedua diajukan oleh Muhammad Kamaludin, “Bagaimanakah cara berdo’a yang paling
tinggi?”. Menurut pak Marsigit, berdo’a yang paling tinggi ialah menyebut atau
memanggil nama Allah yakni dengan dzikrullah. Salah satu cara untuk dzikrullah
adalah dengan melakukan segala hal yang Allah perintahkan kepada manusia. Oleh
karena itu, maka manusia harus senantiasa berusaha dan berdo’a kepada Allah
tanpa ada rasa putus asa untuk mengejar ridhoNya karena Allah akan mengabulkan
doa hambanya dan Dia sangat dekat kepada hambaNya Salah satu prinsip yang Allah
beritahukan kepada hambaNya ialah dalam hadits qudsi berikut. Dari Abu Hurairah
–radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan
hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat
bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di
suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada
itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat
kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya
sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku
mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no.
2675).
Pertanyaan
selanjutnya berbalik diberikan Pak Marsigit “Dimanakah letak suku tribal dan
archaik?”. Sebenar-benar suku tribal dan suku archaik adalah manusia yang tidak
ingin memperbanyak ilmunya. Manusia yang berhenti di satu masa saja dan tidak
ingin memperbanyak ilmunya. Oleh sebab itu, jika ingin menjadi manusia yang
berguna maka jadilah manusia yang tidak berhenti mencari ilmu dan selalu haus
dengan ilmu pengetahuan.
Komentar
Posting Komentar