DI BALIK PERKIRAAN MANUSIA

Atik Rodiawati, S.Pd
17709251025
PPS Pendidikan Matematika B 2017

Refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan keenam pada tanggal 26 Oktober 2017 di ruang I.02.4.01.02 bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada perkuliahan kali ini sama seperti perkuliahan pertemuan sebelumnya, Pak Marsigit memberikan dua puluh lima pertanyaan filsafat kepada mahasiswa. 
Pertanyaan pertama yang diajukan dari Pak Marsigit ialah “Misal?”. Jawabannya misal ialah pondamen karena jika tidak ada misal maka tidak ada perihal. Pertanyaan kedua ialah “Diketahui?”. Jawabannya ialah pondamen karena pengetahuan adalah pondamen bagi pengetahuan berikutnya. Pertanyaan ketiga ialah “Panjang sisi?”. Jawabannya ialah kuantitatif. Pertanyaan keempat ialah “Suatu segitiga?”. Jawabannya ialah obyek pikir. Pertanyaan kelima “Hitunglah?”. Jawabannya ialah diterminism. Pertanyaan keenam ialah “Luasnya?”. Jawabannya ialah teleologi. Pertanyaan ketujuh ialah “Sidin?”. Jawabannya ialah subyek. Pertanyaan kedelapan ialah “adalah?”. Jawabannya ialah identitas. Pertanyaan kesembilan ialah “seorang?”. Jawabannya ialah wadah. Pertanyaan kesepuluh ialah “Petani”. Jawabannya ialah predikat.
Pertanyaan kesebelas ialah “Mempunyai?”. Jawabannya ialah dari kuasa. Pertanyaan keduabelas ialah “Ladang”. Jawabannya ialah dari sifat. Pertanyaan ketigabelas ialah “Seluas?”. Jawabannya ialah karena sifat. Pertanyaan keempatbelas “Dua?”. Jawabannya ialah subyek. Pertanyaan kelimabelas “Hektar?”. Jawabannya ialah predikat. Pertanyaan keenambelas ialah “Ditanami?”. Jawabannya ialah mengada. Pertanyaan ketujuhbelas ialah “Jagung?”. Jawabannya ialah predikat. Pertanyaan kedelapanbelas “laba?”. Jawabannya ialah sifat. Pertanyaan kesembilanbelas “Dan?”. Jawabannya ialah sebab sintetik karena dan bermakna bertamba. Pertanyaan keduapuluh ialah “Ditabung?”. Jawabannya ialah akibat mengada.
Pertanyaan keduapuluh satu ialah “Untuk nyicil?”. Jawabannya ialah sebab infinit regress. Pertanyaan keduapuluh dua ialah “Harley?”. Jawabannya ialah sebab yang ada. Pertanyaan keduapuluh tiga ialah “Davidson?”. Jawabannya ialah yang ada. Pertanyaan keduapuluh empat ialah “Adanya?”. Jawabannya ialah di kodrat. Pertanyaan terakhir ialah “Cuma?”. Jawabannya ialah sebab mengada. Pembelajaran ini memberitahukan kepada saya bahwa makna suatu kata tergantung pada konteksnya. Misalnya, petani, pada suatu konteks petani bisa menjadi subyek, di konteks lain petani juga bisa menjadi predikat.
Perkuliahan berbalik arah yang dilakukan selanjutnya ialah mahasiswa yang bertanya pada dosennya. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh mahasiswa 1 adalah “Apakah yang dimaksud teleologi?”. Jawabannya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masa depan. Pertanyaan kedua yang diajukan oleh mahasiswa 2 ialah “Bagaimana dengan manusia yang memaksakan kehendak?”. Memaksakan kehendak sama saja dengan memaksakan ruang dan waktu. Memaksakan ruang dan waktu memiliki toleransi yaitu seberapa jauh diri manusia mampu mengikutinya. Akan tetapi jika manusia tidak memiliki ilmu tentang hal yang dipaksakannya, maka hal tersebut merupakan hal yang tidak tepat dan akan berakibat pada ketidakbahagiaan orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, manusia harus mampu berada dalam kondisi perbatasan antara sesuai ruang dan waktu dan tidak sesuai ruang dan waktu. Dan orang yang berilmu adalah yang mampu menerobos perbatasan tersebut agar sesuai ruang dan waktu.
Pertanyaan ketiga yang diajukan oleh mahasiswa 3 ialah “Apa perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara filsafat?”. Laki-laki dan perempuan dalam filsafat adalah potensi. Potensi menurut filsafat ada dua, yaitu potensi takdir yaitu potensi terpilih dan potensi ikhtiar ialah potensi memilih. Sehingga, laki-laki dan perempuan adalah potensi takdir atau terpilih karena manusia tidak dapat memilih untuk menjadi laki-laki atau perempuan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat pengaruh the power of mind dalam diri manusia perihal laki-laki dan perempuan ini. Manusia menjadi laki-laki dan perempuan juga dipengaruhi oleh pemikiran orang tuanya yang ingin mengganggap anak mereka sebagai laki-laki atau perempuan, lingkungan tempat anak bergaul juga memberikan pengaruh demikian. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya memperlakukan anak mereka sesuai dengan kodrat yang telah Allah berikan agar supaya kasus seperti transgender tidak semakin banyak di bumi ini.
Pertanyaan keempat yang diajukan oleh mahasiswa 4 ialah “Apa pandangan filsafat mengenai ketidakpastian?”. Ketidakpastian atau keraguan adalah awal dari ilmu dan dalam filsafat hal tersebut disebut dengan skeptis. Pertanyaan kelima yang diajukan oleh mahasiswa 5 adalah “Apa pandangan filsafat tentang orang yang bijaksana?”. Bijaksana tergantung pada pemberi definisi bijaksana tersebut. Misalnya, menurut orang timur, bijaksana ialah jika mampu memberi. Sedangkan, menurut orang barat, bijaksana ialah jika mampu mencari. Menurut filsafat, orang dikatakan bijaksana ialah jika orang tersebut berilmu. Menurut ranah spiritual, orang yang bijaksana ialah orang alim yang mengamalkan ilmunya.
Pertanyaan keenam ialah “Apa makna ada dan yang mungkin ada dalam pikiran manusia menurut filsafat?”. Ada adalah segala sesuatu yang ada di pikiran manusia dan yang mungkin ada adalah segala sesuatu yang ada di luar pikiran manusia namun memungkinkan untuk dapat masuk ke pikiran manusia. Pertanyaan ketujuh ialah “Apa subjek, predikat dan objek dalam pandangan filsafat?”. Pembeda subjek dan predikat adalah sama dengan.Contoh, rambut itu hitam, hitam adalah subyek dan hitam adalah rambut. Karena rambut tidak akan sama dengan hitam dan hitam tidak akan sama dengan rambut. Dan kesamaan diantara keduanya adalah pengandaian. Pernyataan subyek sama dengan predikat adalah identitas. Dan identitas ini hanya dimiliki oleh Allah yang disebut dengan Kuasa Tuhan. Pertanyaan kedelapan yang diajukan oleh mahasiswa ialah “ Apa yang dimaksud dengan jati diri?”. Jati diri adalah karakter atau sifat yang sudah diberi muatan sosial. Pertanyaan kesembilan adalah “Apakah ikhtiar dan do’a akan mempengaruhi takdir?”. Manusia selalu mengikuti takdir yang Allah tetapkan, maka tanpa berikhtiar dan berdo’a pun maka takdir manusia akan tetap berjalan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUANG DAN WAKTU

ETIKA DAN ESTETIKA WAYANG