HERMENEUTICS OF LIFE AND THE CRITIQUE OF PURE REASON

Atik Rodiawati, S.Pd
17709251025
PPS Pendidikan Matematika B 2017

Refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan kesembilan dan kesepuluh pada tanggal 30 November 2017 dan tanggal 7 Desember 2017 di ruang I.02.4.01.02 bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada perkuliahan kali ini Bapak Marsigit memberikan perkuliahan tentang Hermeunetics of Life dan The Critique of Pure Reason Immanuel Kan’t.
Pada pembahasan mengenai Hermeunetics of Life dijelaskan bahwa kehidupan ini siklik. Makna dari hermenetika adalah terjemah dan menterjemahkan. Misalnya, siang-malam, suami-istri, orang tua-anak mengalami proses yang siklik dan berlanjut seperti itu seterusnya. Fenomena di setiap titik ada yang mengecil, mengembang dan meruncing. Dari sini, manusia dapat belajar bagaimana cara bumi menuju langitnya matematika, bagaimana bumi menuju langitnya keluarga, dan seterusnya. Manusia dapat menggapai hal-hal yang tinggi dan besar dengan bantuan teknologi dan kekreatifitas.
Suatu fenomena dapat menjadi barokah atau bencana bagi orang yang berbeda. Sama seperti siswa menganggap guru dapat menjadi barokah atau bencana bagi siswanya. Oleh karena itu dibutuhkan kesiapan dari siswa dalam mempelajari matematika agar pembelajaran matematika dan gurunya menjadi barokah bagi siswa. Matematika digambarkan seperti gunung dimana di bagian bawah adalah matematika intuisi sedangkan pada bagian puncak matematika formal. Hendaknya guru memberikan pembelajaran matematika sesuai dengan tingkatannya.
Pada pertemuan yang membahas mengenai The Critique of Pure Reason oleh Immanuel Kan’t, saya memahami bahwa seorang Immanuel Kan’t merupakan filsuf yang lengkap dengan olah pikir yang sangat bagus sejak zaman dahulu. Immanuel kan’t mengemukakan tentang teorinya pada tahun 1671, kurang lebih 300 tahun masehi yang lalu. Pada waktu lampau tersebut, seorang Immanuel Kan’t telah memiliki pemikiran kritis yang dimiliki oleh filsuf-filsuf hebat. Oleh karena itu, sebagian besar filsafat itu lahir di Jerman.
Pada The Critique of Pure Reason, Immanuel kan’t mengungkapkan bahwa manusia zamannya seyogyanya memiliki pemikiran yang luas dan tidak menetap pada keadaan itu-itu saja. Dia menganalogikan bahwa pikiran manusia hendaknya seperti suku yang no maden atau tidak menetap agar mampu berpikir kritis dan visioner, pikiran manusia jangan menetap seperti suku yang tidak ingin berpindah maka pikiran akan sempit dan terbatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI BALIK PERKIRAAN MANUSIA

RUANG DAN WAKTU

ETIKA DAN ESTETIKA WAYANG