KECERDASAN REDUKSI

Atik Rodiawati, S.Pd
17709251025
PPS Pendidikan Matematika B 2017

Refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan ketujuh pada tanggal 2 November 2017 di ruang I.02.4.01.02 bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada perkuliahan kali ini sama seperti perkuliahan pertemuan sebelumnya, Pak Marsigit memberikan dua puluh lima pertanyaan filsafat kepada mahasiswa. 
Pertanyaan pertama yang diajukan dari Pak Marsigit ialah “Apa ontologinya metafisik?”. Jawabannya misal ialah wadah. Pertanyaan kedua ialah “Apa ontologinya metafisik?”. Jawabannya ialah isi. Pertanyaan ketiga ialah “Apa ontologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah wadah. Pertanyaan keempat ialah “Apa ontologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah isi. Pertanyaan kelima “Apa ontologinya ontologi?”. Jawabannya ialah wadah. Pertanyaan keenam ialah “Apa ontologinya ontologi?”. Jawabannya ialah isi. Pertanyaan ketujuh ialah “Apa metafisiknya ontologi?”. Jawabannya ialah . Pertanyaan kedelapan ialah “Apa metafisiknya ontologi?”. Jawabannya ialah ada. Pertanyaan kesembilan ialah “Apa metafisiknya epistimologi?”. Jawabannya ialah mungkin ada. Pertanyaan kesepuluh ialah “Apa metafisiknya epistimologi?”. Jawabannya ialah ada. Pertanyaan kesebelas ialah “Apa metafisiknya metafisik?”. Jawabannya ialah dari mungkin ada. Pertanyaan keduabelas ialah “Apa metafisiknya metafisik”. Jawabannya ialah dari mungkin ada.
Pertanyaan ketigabelas ialah “Apa epistimologinya ontologi?”. Jawabannya ialah ada. Pertanyaan keempatbelas “Apa epistimologinya ontologi?”. Jawabannya ialah mengada. Pertanyaan kelimabelas “Apa epistimologinya ontologi?”. Jawabannya ialah pengada. Pertanyaan keenambelas ialah “Apa epistimologinya metafisik?”. Jawabannya ialah ada. Pertanyaan ketujuhbelas ialah “Apa epistimologinya metafisik?”. Jawabannya ialah mengada. Pertanyaan kedelapanbelas “Apa epistimologinya metafisik?”. Jawabannya ialah pengada. Pertanyaan kesembilanbelas “Apa espitimologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah ada. Pertanyaan keduapuluh ialah “Apa espitimologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah mengada. Pertanyaan keduapuluh satu ialah “Apa espitimologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah pengada. Pertanyaan keduapuluh dua ialah “Apa aksiologinya ontologi?”. Jawabannya ialah etik. Pertanyaan keduapuluh tiga ialah “Apa aksiologinya ontologi?”. Jawabannya ialah estetika. Pertanyaan keduapuluh empat ialah “Apa aksiologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah etik. Pertanyaan terakhir ialah “Apa aksiologinya epistimologi?”. Jawabannya ialah estetika.
Ontologi dari segala sesuatu adalah wadah dan isi karena wadah dan isi adalah dasar dari segala sesuatu. Wadah dan isi jika dimensinya dinaikkan maka menjadi Tuhan dan ciptaannya. Wadah dan isi dalam filsafat ialah forma dan substance. Wadah dan isi secara psikologi adalah formal dan informal. Ontologi didasarkan dari proses mengabstraksi. Proses mengabstraksi adalah mereduksi sesuatu, maka mengabstraksi harus dilakukan dengan hati-hati. Keseimbangan antara wadah dan isi harus benar-benar dilakukan di dunia ini.  Metafisik dari segala sesuatu adalah ada dan yang mungkin ada. Sesuatu yang ada adalah sesuatu yang sudah ada di pikiran kita. Sesuatu yang mungkin ada adalah segala sesuatu yang ada namun hanya saja belum ada di dalam pikiran dan mungkin akan masuk ke dalam pikiran. Epistimologi dari segala sesuatu adalah ada, mengada dan pengada. Dalam filsafat, bentuk keterkaitan ada, mengada dan pengada ini adalah hermeneutika. Contoh dalam kehidupan manusia misalnya dalam pembelajaran, ada adalah siswa dan guru, mengada adalah interaksi belajar, pengada adalah hasil belajar.
Selanjutnya, pertanyaan diberikan kepada Pak Marsigit oleh mahasiswa. Pertanyaan pertama diajukan oleh Syaiful, “Bagaimana sikap kita terhadap era digital?”. Kita bersikap sesuai dengan pondamennya. Jika ditingkatkan ke ranah yang lebih tinggi dimensinya menjadi kita hendaknya bersikap sesuai dengan niat. Pertanyaan kedua diajukan oleh Widuri, “Bagaimana pandangan filsafat jika ada orang yang menyerahkan seluruh kehidupannya kepada nasib tanpa berikhtiar?”. Kaum seperti ini adalah kaum fatal, dan sebaik-baik manusia adalah manusia yang seimbang. Pertanyaan ketiga diajukan oleh Bulan Nuri, “Bagaimana caranya agar orang lain tidak mengetahui apa yang ada di pikiran kita saat orang lain membaca kalimat atau mendengar perkataan kita?”. Hal yang terbaik adalah kita berperan di balik apa yang kita sampaikan, sehingga secara tidak sadar orang yang mendengar dan membaca tulisan kita sesungguhnya tidak sadar bahwa mereka telah melakukan hal sejalan dengan pikiran kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DI BALIK PERKIRAAN MANUSIA

RUANG DAN WAKTU

ETIKA DAN ESTETIKA WAYANG