BERMULA DARI ALAM MENUJU KONTEMPORER
Atik Rodiawati, S.Pd
17709251025
PPS Pendidikan Matematika 2017
Tulisan
ini adalah refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan keempat pada
tanggal 12 Oktober 2017 di ruang I.02.4.01.02 bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Kali ini saya akan merefleksi mengenai time
line Filsafat.
Filsafat
dimulai dari tahun 2000 sebelum Masehi yaitu zaman Socrates. Filsafat awal
zaman pada zaman Yunani Kuno ialah Filsafat alam. Pada Filsafat alam, manusia
masih terheran-heran dengan apa yang ada di luar dirinya. Mereka mempertanyakan
komponen penyusun alam semesta ini, apakah dari air, tanah, api, angin atau
gabungan keempat komponen tersebut.
Setelah
melalui tahap awal, manusia memasuki tahap metafisik-di balik fisik- yaitu apa
yang terdapat di balik fisik yang ada. Pada tahap ini manusia mulai memandang
Filsafat dalam obyek superserve dan
obyek subserve. Obyek superserve ialah obyek langit dan obyek subserve ialah obyek bumi. Obyek langit
bak thesis bertemu dengan bumi sebagai anti thesis bersama-sama membentuk
sintesis. Sintesis yang terbentuk tidak lain tidak bukan ialah time line menggapai akhir zaman.
Pada
time line menggapai akhir zaman, Filsafat
memiliki pusat yang disebut dengan isme. Semua isme lahir dikarenakan obyek
kebenarannya. Hal yang ada di langit adalah pikiran yang bersifat idealisme
yaitu aliran filsafat yang memandang mental dan ideasional sebagai kunci ke
hakikat realitas. Kemudian menaiki jenjang di atas pikiran adalah prinsip atau
aturan yang bersifat absolutisme yaitu keyakinan bahwa
hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat dan tidak berubah tentang realitas.
Prinsip atau aturan yang satu atau mutlak ini diberikan oleh Sang Absolut yaitu
Tuhan dalam kuasaNya. Oleh karena itu, jenjang di atas prinsip atau aturan ini
ialah doa yang bersifat spiritualisme. Kuasa Tuhan inilah yang menjadi dasar
obyek kebenaran semua yang ada di langit yaitu monisme. Sehingga, langit
memiliki obyek kebenaran monoisme atau monisme yaitu konsep metafisika dan
teologi bahwa hanya ada satu substansi dalam alam yaitu Kuasa Tuhan.
Jika
di langit obyek kebenarannya ialah monisme, maka di bumi obyek kebenarannya
ialah plularisme atau paham atas keberagaman. Semua yang ada di bumi adalah
kenyataan yang bersifat realisme yaitu pandangan tentang kenyataan tidaklah
terbatas pada gagasan yang terbangun dari dalam pikiran saja. Hal ini merupakan
pertentangan dari pikiran pada obyek langit yang bersifat logicisme. Sebenar-benar
yang ada di bumi adalah bayangan dari prinsip di langit dan bersifat
relativisme yaitu pandangan bahwa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang
salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya. Jika
dihubungkan antara bagian superserve dan
subserve ini maka sebenar-benar hidup
adalah pikirkanlah kenyataanmu dan wujudkanlah pikiranmu.
Perjalanan
time line menggapai akhir zaman
dilanjutkan ke perbedaan pemahaman guru dan muridnya. Tokoh yang dimaksud ialah
Plato yang mencetuskan Paltoisme. Bagi seorang Plato, ilmu itu sudah selesai
semua dan sudah tercipta hanya saja masalah waktu kapan manusia menemukannya.
Sedangkan muridnya, Aristoteles, tidak setuju dengan pandangan sang guru.
Kemudian Aristoteles mencetuskan Aristotelianisme yang menyatakan bahwa
sebenar-benar ilmu adalah kenyataan.
Prinsip
yang ada di langit (superserve)
adalah identitas yang artinya A sama dengan A, yaitu bahwa diriKu sama dengan diriKu
sendiri, ini mutlak milik Tuhan dan tidak ada manusia yang dapat menyamai hal
ini. Sedangkan prinsip yang ada di bumi (subserve)
adalah kontradiksi artinya A tidak sama dengan A,
yaitu sebenar-benar yang terjadi adalah diriku tidak mampu menunjuk diriku
karena sebelum aku selesai menunjuk diriku, diriku sudah berubah dari diriku
yang tadi menuju diriku yang sekarang, karena semua yang ada di bumi terikat
oleh ruang dan waktu. Bagian tertinggi dari superserve
ialah Kuasa Tuhan sedangkan bagian terendah superserve ini adalah dunia dewasa karena pada area ini manusia
mampu menggunakan pikirannya secaga logos yang bersifat analitik. Analitik bersifat
logis, konsisten dan tidak bergantung pada kenyataan. Sedangkan bagian subserve adalah kenyataan yang bersifat
sintetik. Bagian subserve ini
merupakan dunia anak kecil karena bersifat intuitif. Intuisi adalah kemampuan
mengingat semua yang telah terjadi.
Perjalanan
time line menggapai akhir zaman
berlalu pada Rene Descartes yang mengemukakan aliran rasionalism dan
scepticism, yakni pikiran bersifat mempertanyakan, Rene menyebutkan bahwa
tiadalah ilmu kalau tidak berlandaskan rasio. Rene merupakan filsuf yang
berpihak di bagian superserve. Sedangkan David Hume pada bagian subserve mengemukakan aliran empiricism
yang menyebutkan bahwa tiadalah ilmu kalau tidak bersifat pengalaman. Bermula
dari scepticisme, rasionalisme dan empirisisme inilah pada bagian superserve lahir istilah a priori dan
pada bagian subserve lahir istilah a
posteriori. A priori adalah memahami sesuatu walaupun belum mengalaminya,
sedangkan a posteriori adalah memahami sesuatu setelah mengalaminya.
Selama
dua abad terdapat sejarah panjang namun gelap yaitu kebenaran yang dikuasai oleh
geraja karena gereja memiliki pendapat yang menyatakan bahwa siapapun tidak
boleh ada yang mengungkapkan kebenaran selain ada restu gereja dan hal tersebut
tidak boleh dilanggar. Prinsip yang dianut gereja adalah Geosentris yang
menyatakan bahwa dunia berpusat di bumi, seakan-akan bumi adalah bunda Maria,
bintang-bintang mengelilingi adalah gembala-gembala. Kemudian hadirlah seorang
Copernicus, dia membantah teori ini dengan memunculkan teori Heliocentris,
yaitu bukanlah bumi sebagai pusat, akan tetapi bumi dan bulan bergerak
mengitari matahari.
Filsafat
modern diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1671 yang dikenal dengan
Criticism. Disebut Filsafat criticisme karena mengkritisi dua aliran yaitu
Rasionalisme dan Empiricisme. Dari Rene diambil apriori dan dari David Hume
diambil sintetiknya. Sebenar-benar ilmu adalah sintetik apriori menurut
Immanuel Kant dalam bukunya The Critique of Pure Reason. Kemudian perjalanan
Filsafat selanjutnya dicetuskan oleh Auguste Comte yang menyatakan bahwa jika
kita ingin membangun dunia maka agama tidak bisa dipakai. Pada tahun 1857 dia
memberikan tingkatan terendah menuju tertinggi dalam bukunya Positivism yaitu
agama-filsafat-positive atau saintifik. Paham Auguste Comte inilah yang menjadi
awalan munculnya pos-pos modern yang diawali dari
archaic-tribal-tradisional-feodal-modern-pos modern atau kontemporer.
Sedangkan
pada zaman modern saat ini manusia mengalami penurunan dalam hal filsafat. Hal
ini karena pada zaman modern ini manusia ibarat ikan kecil yang ada di lautan
yang tergelepar-gelepar. Hal ini terjadi karena pada zaman modern manusia
mengalami disorientasi, radikalisme, intoleransi. Manusia mengalami
disorientasi karena filsafat yang ada pada zaman modern sekarang adalah
filsafat bahasa atau filsafat analitik. Jika intuisi manusia hancur maka tidak
ada empati sehingga terjadilah disorientasi. Filsafat bahasa mengandung arti
bahwa semuanya adalah bahasa, hidup kita pun adalah bahasa. Sebenar-benar diri
manusia adalah kata-katanya, sebenar-benar diri manusia itu adalah prosa.
Filsafat zaman sekarang adalah pos-pos modern. Pilar agar bisa sampai pada
kontemporer diawali dari
capitalism-materialism-utilitarian-pragmatism-liberalism-dunia kontemporer.
Sementara Indonesia dari dahulu hingga sekarang berlandaskan Pancasila yang diawali dari materisme-formalisme-normatif-filsafat-spiritualisme. Saat ini kita telah mengalami disorientasi, karena mengalami disorientasi maka kabinet kita ialah kerja,kerja,kerja yang ini hanya ada di bagian subserve saja, padahal di tingkat terendah dari superserve ada pikir-pikir pikir, dan tingkat teratas superserve ada doa doa doa. Sehingga kabinet yang baik semestinya adalah menggabungkan kerja, pikir dan doa. Oleh karena kita hanya kerja kerja kerja maka kehidupan kita timpang karena hanya sepertiga dari yang semestinya. Sehingga trisakti Indonesia (mandiri dalam bidang ekonomi, mandiri dalam bidang budaya, mandiri dalam bidang politik) tenggelam dan nyanyian tunggal kita ke luar negeri adalah investasi yaitu dependen.
Sementara Indonesia dari dahulu hingga sekarang berlandaskan Pancasila yang diawali dari materisme-formalisme-normatif-filsafat-spiritualisme. Saat ini kita telah mengalami disorientasi, karena mengalami disorientasi maka kabinet kita ialah kerja,kerja,kerja yang ini hanya ada di bagian subserve saja, padahal di tingkat terendah dari superserve ada pikir-pikir pikir, dan tingkat teratas superserve ada doa doa doa. Sehingga kabinet yang baik semestinya adalah menggabungkan kerja, pikir dan doa. Oleh karena kita hanya kerja kerja kerja maka kehidupan kita timpang karena hanya sepertiga dari yang semestinya. Sehingga trisakti Indonesia (mandiri dalam bidang ekonomi, mandiri dalam bidang budaya, mandiri dalam bidang politik) tenggelam dan nyanyian tunggal kita ke luar negeri adalah investasi yaitu dependen.
Komentar
Posting Komentar